Edwar Coles Alias Mr.Badar Otak Eksekutor Thomas Parr di Bencolen Leluhur JAM Intel Redha Manthovani Pantaskah Diberi Gelar Pahlawan

oleh -501 Dilihat
oleh

KHAZANAHNEWS.COM <<>>Dimasa akhir masa kekuasaan pemerintahan kolonial Inggris, East India company atau British East India Company (EIC) di Bencoelen.

Di kota Bencoelen muncul seorang tokoh masyarakat yang sangat berpengaruh. Sosoknya sangat dihormati dikalangan masyarakat pribumi waktu itu.

Masyarakat pribumi memanggilnya dengan panggilan Master Badar. Dia adalah seorang seorang pengusaha di bidang perkebunan, sekaligus seorang pedagang. Di wilayah Selebar, ia memiliki lahan perkebunan lada dan cengkeh yang sangat luas.

Masyarakat pribumi yang berada di wilayah Selebar bukan hanya menghormatinya, bahkan sangat menyanjung sosoknya.

Master Badar dikenal sebagai seorang yang sangat mengenal seluk beluk, dan adat istiadat negeri Bangkahulu.

Master Badar lahir di Bencoolen Dari seorang ayah yang merupakan

seorang pelarian politik. Sedangkan ibunya adalah seorang putri bangsawan dari Kerajaan Selebar.

Ayahnya berasal dari Inggris yang datang ke Bangkahulu sebagai seorang pelarian politik. Ayahnya merupakan salah satu anggota keluarga Stuart dari Skotlandia.

Pada tahun 1720 an, di Britania Raya terjadi suksesi pemerintahan. Kekuasaan kerajaan berpindah dari keluarga Stuart Skotlandia, kepada keluarga dari Jerman.

Setelah wafatnya Ratu Anne Stuart dari Skotlandia, hal ini selanjutnya terjadi.

Parlemen Inggris mengeluarkan Undang-undang Peniadaan, yang melarang

Raja Inggris berasal dari orang-orang Skotlandia dan Katolik. Selanjutnya di Inggris terjadi pembersihan dan pembantaian terhadap orang-orang Skotlandia.

Pasca EIC terpaksa harus pergi meninggalkan Bencoelen, menyusul peristiwa penyerangan dan pembakaran terhadap Benteng York dan bangunan lainnya milik EIC.

Peristiwa penyerangan rakyat Selebar terjadi menyusul kematian dari Pangeran Selebar. Dimana sebelumnya, Sang pangeran yang memenuhi undangan makan di benteng York tewas terbunuh, pada tanggal 4 November 1710.

Di masa ini, wilayah Bengcoolen dibawah kekuasaan Kerajaan-kerajaan yang merdeka. Keluarga Stuart meminta perlindungan dari Raja Selebar.

Mereka mengikuti adat istiadat Selebar dan memeluk agama Islam.

Untuk mengikat tali persaudaraan, lantas ayahnya dinikahkan dengan seorang putri Selebar.

Setelah menandatangani perjanjian, pada tanggal 17 April 1724. IEC mulai kembali melanjutkan pembangunan Benteng Marlborough. Dengan mendatangkan pekerja dari Madagaskar, Malagasi, dan Muzambik.

Master Badar lahir di Bangkahulu pada tahun 1736, dengan nama Edward Coles.

Sejak kecil sosoknya sudah menjadi pembicaraan banyak orang waktu itu di Bencoelen.

Sekembalinya Edward Coles dari menempuh pendidikan di Eropa, barulah kariernya di mulai. Coles mudah diangkat sebagai Factor Residensi di Fort Marlborough, Pada tanggal 7 November 1759.

Perdagangan lada meningkat dengan pesat, EIC menghasilkan untung yang besar bagi kerajaan Inggris.

Kerajaan mengapresiasi dengan menjadikan sebagai wilayah otonom. Status administrasi Bencoolen ditingkatkan menjadi Kepresidenan pada tahun 1760.

PRESIDENSIAL

Pada tanggal 13 April 1762, Coles mendapatkan promosi jabatan sebagai Sub-sekretaris, Dibawah kepemimpinan Gubernur yang pertama Roger Carter.

Ditahun-tahun selanjutnya, karier semakin meningkat. Coles menduduki jabatan sebagai Sub-Bendahara, Sekretaris, Faktor, dan Pedagang Muda.

Coles ditunjuk sebagai Residen di Lais, pada tanggal 23 Agustus 1762.

Jabatan ini cukup lama ia pegang hingga tahun 1772.

Dalam peristiwa Balambangan, pada tahun 1772. Coles teridentifikasi ikut terlibat dalam sebuah gerakan yang diusulkan oleh Alexander Dalrymple.

Pada akhirnya Coles kembali ditugaskan ke Eropa.

Setelah tiga tahun di Eropa Coles kembali Bencoelen. Pada tahun 1775, ia ditugaskan di Fort Marlborough.

Selanjutnya, pada tanggal 22 November 1778, Coles mendapatkan tugas sebagai anggota Dewan ketiga di Sumatera Barat.

Pada tanggal 14 Oktober 1781,

Edward Coles diangkat sebagai Gubernur Bencoolen.

Dimana saat itu Kepresidenan dalam kondisi krisis keuangan, dan terancam bangkrut. Proyek mercusuar multi year, pembangunan benteng Marlborough sangat menguras keuangan. Keadaan ini diperparah oleh korupsi yang dilakukan para pejabat EIC sebelumnya, dan menurunnya perdagangan. Keadaan kepresidenan dalam kondisi tidak kondusif dengan kekacauan yang terjadi dan merebak dimana-mana.

Sebagai seorang yang tercatat mengenal seluk beluk dan adat istiadat Bangkahulu. Serta jejak keturunan dan memiliki hubungan dekat dengan semua kepala masyarakat hukum adat pribumi.

Diharapkan dapat menjadi modal untuk meredam situasi dan menyelamatkan kepresidenan dari ancaman kebangkrutan.

GUBERNUR BENCOOLEN

Pada tanggal 14 Oktober 1781, Edward Coles Sejak diangkat sebagai Gubernur Bencoolen, Coles semakin dekat dengan kaum pribumi.

Coles yang seorang Gubernur akan marah jika mengetahui ada pejabat menghina, apalagi menyiksa orang-orang pribumi. Sebagai seorang yang memiliki darah bangsawan Selebar, ia merasa ikut terhina dan tersakiti.

Meskipun telah berupaya melakukan langkah-langkah taktis, keadaan belum juga dapat membaik. Bahkan pengeluaran lebih besar dari pemasukan yang diterima IEC.

Penyalahgunaan kekuasaan oleh para residen menjadi laporan sehari–hari yang ia terima. Kucuran dana yang selama ini diterima dari London pun mulai terhenti.

Padahal tujuan utama dari pendirian Presidensi adalah, agar dapat memberikan keuntungan yang besar bagi kerajaan Inggris.

Melihat situasi dan kondisi yang seperti ini, pada tanggal 28 Februari 1785, masa jabatan Coles sebagai Gubernur Presidensi Bencoolen yang ke-6 berakhir.

Edward Coles menutup periode presidensial sebagai Gubernur yang terakhir.

RESIDENSI

Wilayah Bencoolen kembali diturunkan statusnya. Di bawah Presidensi Calcuta, yang dipimpin oleh John Crispy kembali menjadi Residensi

Setelah tidak lagi menjabat, Edward Coles berangkat ke Inggris. Pada bulan Februari 1791, Coles kembali ke Bencoolen setelah mendapatkan izin dan kuasa penuh dari Benggala India.

Coles mulai beralih menjadi pengusaha dengan membuka perkebunan.

Coles membeli tanah di wilayah Selebar, untuk ditanami rempah-rempah.

Bermodal hubungan yang baik dengan pribumi, ia mulai memberikan pengaruh yang cukup besar pada daerah Selebar dan sekitarnya.

Sejak kedatangan Walter Ewer di benteng Marlborough sebagai Anggota Dewan ketiga, usaha Coles mulai terganggu.

Ewer merasa iri hati, melihat estate dan perkebunan cengkeh Coles mulai maju pesat dan mengajukan agar Coles kembali bekerja mengembang tugas.

Atas nama Raja willem V, Coles diangkat sebagai salah satu agen Inggris yang ditugaskan ke Padang.

Dengan terpaksa, Coles harus pergi meninggalkan Bencoele.

Perkebunan cengkeh nya ia tinggalkan, dan menjadi terbengkalai.

Karier Coles ternyata belum berhenti, ia menjadi salah satu agen Inggris yang terkemuka. Pada tanggal 30 november 1795, Coles bertanggung jawab atas Padang.

Coles menjabat sebagai Kepala di Padang, pada tahun 1802. Selama periode pendudukan Inggris di Padang, Coles menjadi kepala untuk beberapa lama.

THOMAS PARR

Sejak tahun 1805, Thomas Parr ditunjuk sebagai Residen Bencoelen yang pertama.

Parr tidak menyukai Coles yang berdarah blasteran (indo). Sikap Parr terhadap keluarga peranakan di Bengcoolen sangat keras, termasuk dengan semua keluarga Coles.

Pada tahun 1807, Residen Thomas Parr memanggil pulang Coles ke Bencoolen.

Dengan alasan mendapatkan laporan dari pengusaha pribumi yang mengeluh terhadap pemerintahan Coles di Padang.

Coles diberhentikan oleh Parr sebagai penguasa Benteng Marlborough yang ke-49. Deputi Gubernur Ewer ditunjuk menggantikan Coles.

Sepanjang bulan September 1807, Parr mendesak Coles untuk membayar kembali pinjaman yang dibuatnya kepada pemerintah secara kasar.

Lahan perkebunan lada milik Coles yang berada di pinggir sungai Jengalu disita oleh Parr, untuk dijadikan perkebunan kopi.

Tercatat sepanjang bulan September 1807, Parr mendesak Coles untuk membayar pinjaman kepada pemerintah secara kasar.

Coles sangat marah, karena ia merasa tidak memiliki tanggung jawab kepada penguasa Benteng Marlborough.

Perlakuan Parr kepada Coles sungguh sangat menyakitkan hatinya.

Semakin hari ketegangan mereka semakin meningkat, dan hubungan mereka bertambah buruk.

TERBUNUHNYA RESIDEN THOMAS PARR

Pagi itu, di hari Jumat.

Awan hitam menyelimuti kota Bengkulu. Isak tagis terdengar keras dari sebuah rumah besar berarsitektur Eropa. Ratapannya sungguh memilukan, menyayat hati dari tangisan seorang wanita.

Tepat di tengah ruangan, mayat yang berlumuran darah ini dibaringkan.

Seorang wanita duduk bersimpuh, disisi mayat suaminya yang terbujur kaku.

Ia belum berhenti menangis, sejak suaminya terbunuh sedari tadi malam.

Sesungguhnya penyidik telah tiba kelokasi dari tadi malam.

tapi mereka harus menunggu wanita itu mulai agak tenang. Wanita itu sangat terpukul, butuh waktu untuk dapat diajak bicara.

Sementara menunggu penyidik selesai memeriksa, mayat tanpa kepala ini ditutupi bendera yang cukup besar.

Wanita ini bernama Frances Roworth, ia adalah saksi kunci dalam peristiwa ini.

Saat peristiwa terjadi, saksi berada dalam satu kamar yang sama dengan korban.

Setelah saksi berangsur sudah dapat mengendalikan diri, barulah penyidik mendekatinya.

Kesaksian Frances akan jadi sumber awal bagi dimulainya Penyidik.

Beberapa pertanyaan diajukan, mengorek kesaksian Frances mencoba mengingat setiap detail peristiwa, memberi kesaksian.

Frances melihat bagaimana suaminya tewas merenggang nyawa dengan mata kepalanya sendiri.

Meski suara lirih dan terbantah, saksi mulai membuka bercerita. Beberapa kali saksi harus berhenti, saat tangisnya kembali pecah mengigat peristiwa.

Di malam itu, saksi bersama korban hampir secara bersamaan terjaga.

Suara berisik yang bersumber dari sudut kamar, sontak membuat Frances terkejut bangun.

Dua sosok manusia berpakaian serba hitam sudah berada tepat di depan mereka.

Suaminya Farr saat itu belum membuka mata, langsung dicoleknya dengan keras.

Belum usai rasa terkejut dan menyadari apa yang terjadi.

Dengan senjata terunus di tangan mulai, penyusup mulai melangkah mendekat.

Frances berteriak minta tolong dengan sekerasnya.

Muray yang merupakan asisten Farr pun terjaga. Tampa berpikir panjang langsung menerobos masuk ke kamar.

Tiada rasa takut atau khawatir dengan keselamatannya sendiri. Muray langsung menerjang para penyusup agar dapat melindungi tuannya.

Frances juga mencoba menghalangi, setiap kali penyusup ingin berusaha mendekati suaminya. Sembari terus berteriak, meminta pertolongan.

Menyadari para serdadu mulai mendekat,dengan sigap mereka segera pergi. Letusan suara senapan, seakan mengiringi mereka menghilang di kegelapan malam.

Parr telah terbunuh secara mengenaskan, penyusup telah menebas kepalanya. Tubuhnya tergeletak jatuh kelantai yang tepat berada di sisi ranjang.

Darah segar terlihat mulai menggenangi seluruh lantai.

Frances menjerit histeris sekuatnya, lalu menyandarkan tubuhnya dengan pandangan mata yang kosong.

Rasa sakit dan perih dari luka yang dialami, seakan ia tak perduli.

Beberapa luka yang didapatkan, seakan tak sebanding dengan satu kenyataan.

Sembari memegangi perutnya yang mengeluarkan darah, di sudut lain Muray meringis mengeram kesakitan.

Di depan penyidik, saksi Frances berani memastikan, bawah para pelaku yang memasuki kamar mereka berjumlah dua orang. Meskipun sekilas, tapi saksi meyakini bahwa kedua pelaku wajah berperawakan orang Melayu. Dengan jelas saksi mendengar kedua pelaku berkomunikasi diantara mereka. Sehingga dengan tegas kepada penyidik saksi menyimpulkan, bahwa pelaku adalah penduduk pribumi.

Bahasa yg mereka pakai sangat identik dengan bahasa yang digunakan penduduk yang berada di wilayah Selebar.

Peristiwa pembunuhan Residen Farr, sungguh sangat mengejutkan semua orang

dan menggemparkan. Menjadi trending hangat untuk dibicarakan, hingga ke pelosok pedesaan. Menjadi tofik yang hangat hingga ke pelosok dengan berbagai spekulasi.

Berita terbunuhnya Residen Parr, dari mulut ke mulut telah viral.

Sebuah pertanyaan besar, siapakah orang yang telah berani berbuat senekat ini ?

Rasa duka dan amarah menyelimuti perasaan kalangan ad – intern.

Sejak menancapkan kuku di Bencoelen, baru kali ini penjabat tertinggi EIC tewas terbunuh.

Sebuah pertanyaan besar, siapakah orang yang telah berani berbuat senekat ini ?

Jalanan tidak seperti biasa, serdadu terlihat lalu-lalang melakukan patroli.

Benteng Marlborough yang berada tidak jauh dari rumah duka, penjagaan ditingkatkan dan mulai diperketat.

Beberapa orang serdadu terlihat berkumpul di lapangan Padang Gereja (lapangan merdeka). Lapangan luas yang tepat berada di Depan Asistensi Residen yang menjadi saksi kunci, belum dapat untuk dimintai keterangannya.

Saksi-saksi lainnya adalah para serdadu yang berhasil selamat dari penyerbuan Pada malam kejadian mereka sedang bertugas menjaga mont. Mereka melihat para penyerbu datang secara tiba-tiba dengan jumlah yang banyak. Tidak kurang lelaki dengan berbagai macam senjata tradisional berada ditangan.

Dari pengumpulan, pengolahan bukti, dan keterangan saksi-saksi.

Penyelidik menyimpulkan ini bukanlah kriminal biasa, tetapi sebuah tindakan makar dengan pembunuhan.

Para pelaku adalah kelompok ekstremis yang sudah terdeteksi keberadaannya.

Orang-orang yang teridentifikasi diduga keras ikut terlibat, selanjutnya dilakukan penangkapan dibeberapa tempat.

Serdadu Inggris

Penyidik berusaha keras Dengan berbagai macam cara dan upaya untuk memperoleh keterangan dari yang berhasil ditangkap.

Mereka diintrogasi, disiksa, bahkan sebagian dieksekusi mati agar membuka mulut.

Tidak sanggup lagi menahan siksa, didapatlah beberapa nama elit pribumi yang juga ikut terlibat dengan peran dan motif masing-masing.

Depati Pagar Dewa dan Lagan diikat di mulut meriam besar. Dieksekusi mati dengan cara ditembakkan ke arah samudera India.

Beberapa orang kepala adat ditangkap, diintrogasi, dan disiksa dalam tahanan. Nama Daeng Mabella, Pangeran Sungai Lemau, Sungai Itam disebut terlibat dalam konspirasi. Setelah mendapatkan beberapa pengakuan, Penyelidikan mulai dikembangkan. Mengungkap aktor dibalik layar yang mendalangi.

Sebaliknya, Mendapat kabar rakyat pribumi malah banyak yang bersyukur. Bahkan menjadikan inspirasi aksi pembangkangan yang mulai pecah’ di beberapa daerah.

Kerusuhan terjadi secara sporadis mulai menjalar di beberapa tempat. Rakyat dihantui rasa was-was dan kecemasan. Stabilitas keamanan semakin tak menentu. Masyarakat lebih memilih berada didalam rumah. Suasana semakin mencekam, Masyarakat marga Proatin XII, marga Andalas dan marga Air Periukan melakukan eksodus secara besar-besaran.

Dugaan mulai mengarah kepada Coles yang memiliki persoalan pribadi dengan korban. Sebelum korban terbunuh, hubungan mereka dalam kondisi sangat tidak baik.

Dan yang paling mengejutkan, Edward Coles dituduh sebagai aktor intelektual penyerangan. Coles adalah pengusaha partikeiri yang pernah menjabat sebagai Gubernur Bencoolen di masa Presidensial. Ia seorang Inggris muslim yang memiliki darah bangsawan dari kerajaan Selebar. Tokoh masyarakat yang paling berpengaruh pada masa itu. Rakyat pribumi sangat menghormatinya, memanggilnya dengan nama Mister Badar.

Untuk memperkuat dugaan, penyidik melakukan pemeriksaan berbagai macam dokumen sebagai pendukung.

Beberapa orang pejabat EIC ikut diperiksa. Termasuk Komisaris Ewer, seorang yang pernah menjabat sebagai Deputi Gubernur tiga tahun yang lalu. Dalam

keterangan menyatakan bahwa, Coles pernah sesumbar tidak memiliki setetes pun darah Inggris di nadinya. Petinggi EIC Inggris di Bencoolen ini sangat tidak menyukai Coles. Bahkan ia menyebut Coles dengan sebutan “bajingan”. Hasanah

Response (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.