KHAZANAHNEWS.COM** Pimpinan Bank Indonesia perwakilan Bengkulu, Wahyu Yuwana menyikapi temuan peredaran uang palsu di Kota Bengkulu. Menurutnya masyarakat harus di edukasi untuk membedakan uang asli dan uang palsu.
Seperti dilihat, diraba dan diterawang. Kalau memang ada peredaran uang palsu jelang hajatan Pilkada, ia harapkan agar penegak hukum bergerak untuk mengusut. Karena mengedarkan uang palsu selain tindakan pidana juga merugikan masyarakat tegas alumni Universitas Padjajaran Bandung ini ramah pada Khazanahnews.Com usai High Level Meeting Pengendalian Inflasi di Balai Raya Semarak Rabu(18/9).
Seperti pemberitaan yang sebelumnya, masyarakat Kota Bengkulu diimbau untuk lebih waspada terhadap peredaran uang palsu (Upal), terutama pecahan Rp100 ribu. Kasus yang terjadi di sebuah rumah makan di kawasan Jalan Danau, Bengkulu, yang menerima pembayaran menggunakan uang palsu.
Pemilik Rumah Makan Saiyo, yang menjadi korban dalam kejadian ini, mengungkapkan bahwa insiden tersebut terjadi saat jam makan siang. Di tengah keramaian, seorang pengunjung membayar menggunakan uang pecahan Rp100 ribu. Namun, setelah pengunjung tersebut meninggalkan lokasi, pemilik restoran baru menyadari bahwa uang tersebut tidak asli alias palsu.
“Saat saya pegang, terasa kalau uang itu lebih tebal dan kasar dibandingkan dengan uang pecahan Rp100 ribu pada umumnya. Setelah diperiksa lebih lanjut, uangnya juga tidak tembus cahaya,” ungkap pemilik rumah makan tersebut Rabu (12/9).
Kasus ini menjadi perhatian khusus bagi warga Kota Bengkulu, mengingat modus operandi pelaku peredaran uang palsu yang semakin berani. Warga diharapkan lebih teliti dalam menerima uang, terutama pecahan besar, guna menghindari kerugian.
Pihak berwenang setempat juga telah dihimbau untuk meningkatkan pengawasan dan penindakan terhadap peredaran uang palsu di wilayah di Provinsi Bengkulu.*** hasanah