Tidak Melaut Akibat Badai Nelayan Ngadu ke Pengurus HNSI, Mengharap Perhatian Pemerintah?

oleh -73 Dilihat
oleh

KHAZANAHNEWS.COM**Badai ekstrem yang melanda Kota Bengkulu hampir sebulan terakhir membuat puluhan nelayan di Kota Bengkulu, nyaris kelaparan karena tidak bisa membeli makanan akibat tidak ada pemasukan. Ada sebagian nelayan mencari pemasukan dengan kerja memungut serpihan batubara yang berserakan dipinggir pantai Pasar Bengkulu.


Beberapa nelayan yang sedang mengais serpihan batubara di pinggir pantai menyampaikan hampir sebulan mereka memungut serpihan batubara di atas hamparan pasir tepi pantai demi mencari sesuap nasi untuk keluarganya. Seperti disampaikan nelayan, Endang (43), Juadi(60), Een (64) dan Hermansah(54) saat ditemui KHAZANAHNEWS.COM di pantai Pasar Bengkulu, Selasa(17/12).


Mereka menyampaikan badai ekstrem sebulan terakhir membuat mereka tidak melaut. Kebetulan butiran batubara hitam yang dibawa ombak dari tengah laut menghampar pinggir pantai seperti pasir hitam. Butiran batubara hitam yang berserakan itulah yang mereka pungut untuk dijual ke pengepul  satu karung 50 kg seharga Rp.8000. Sehari mereka bisa mengumpulkan 8 – 10 karung serbuk batubara.


Dibeberkan nelayan senior yang lagi nongkrong menunggu pukek mendarek di gubuk pinggir pantai saat ditemui pengurus himpunan nelayan seluruh Indonesia(HNSI) Kota Bengkulu, waka Joni Ardiansyah dan sekretaris hasanah, Een mengadukan dirinya sudah puluhan tahun berprofesi sebagai nelayan. Namun saat badai dan mereka tidak bisa melaut, tidak ada perhatian pemerintah dalam hal ini DKP Kota maupun BPBD.

Karena badai ekstrem hampir sebulan, bisa dianggap bencana sosial yang menimpa nelayan. “Seharusnya pemerintah dan wakil rakyat peduli dengan kehidupan nelayan di kota Bengkulu saat sulit seperti musim badai ekstrem saat ini,”keluhnya. Joni Ardiansyah menyampaikan seharusnya DKP, Dinsos dan BPBD kota peduli dan membantu sembako untuk nelayan karena mereka tidak melaut.

Lanjut Joni, dirinya pernah mendatangi BPBD Kota Bengkulu agar membantu sembako untuk nelayan karena cuaca ekstrem nelayan tidak bisa melaut. Namun jawaban BPBD  itu bukan bencana? pihak BPBD akan membantu kalau ada bencana besar?(nyawa melayang?). Disesalkan Joni stok sembako di BPBD seperti beras sampai berkutu, mie sampai kadaluwarsa apa salahnya diberikan pada nelayan demi kemanusiaan?. Karena badai ekstrem merupakan bencana sosial dan harus ada empati pemerintah? Keluhan serupa disampaikan nelayan Teluk Sepang  dimana akibat pencemaran batubara, ikan yang biasa banyak berkerumun dipinggir pantai sekarang tidak ada lagi. Karena limbah batubara mengendap menjadi sedimen didasar laut menutupi permukaan karang dan membuat ikan menjauh akibat suhu panas batubara.

Pantauan di lapangan pantai Pasar Bengkulu, nampak belasan nelayan hanya duduk-duduk dan nongkrong digubuk pinggir pantai. Kapal lancang juga hanya terparkir pinggir pantai. Nampak juga belasan nelayan mengais serbuk batubara dihamparan pinggir pantai. Kondisi pinggir pantai yang menghitam akibat serbuk batubara, juga kotor oleh sampah plastik, bambu dan pohon yang bertumbangan dihantam gelombang besar air laut akibat badai ekstrem. ***hasanah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.