Pencemaran laut dan pantai akibat tumpahan batubara
KHAZANAHNEWS.COM** Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Bengkulu, Ali Simatupang didampingi sekretaris Hasanah bereaksi keras dan mendesak pemerintah kota dan Provinsi. Serta pihak berwenang untuk segera menangani masalah pendangkalan alur dan perbaikan infrastruktur serta abrasi laut di kawasan pelabuhan Pulau Baai Kota Bengkulu.
Kondisi ini membuat dasar laut tempat para nelayan mencari ikan semakin dangkal, dengan banyaknya tumpukan batu bara yang menghambat aktivitas mereka.
Ketua HNSI Kota Bengkulu, Ali Syukur Simatupang, menegaskan bahwa hasil tangkapan ikan nelayan semakin sedikit bahkan ironisnya nelayan mendapatkan ikan batubara? “Jadi kalau nelayan melaut bukannya ikan yang didapat, malah batu bara.”? Katanya keras.
Ali menambahkan bahwa penurunan hasil tangkapan ikan membuat banyak nelayan kesulitan, bahkan untuk menutupi modal yang dikeluarkan. “Kalau terus-menerus nelayan melaut dan tidak ada hasilnya, mereka mau makan apa? Bukan ikan yang didapat, malah hutang nelayan semakin menumpuk,” ujar Ali dengan nada prihatin.
HNSI Kota Bengkulu mengimbau pemerintah, pengusaha batu bara, dan pihak-pihak terkait lainnya untuk segera turun tangan mengatasi masalah ini. Jika masalah ini tidak juga diselesaikan, HNSI mengancam akan menggelar demo besar-besaran sebagai bentuk protes akibat pencemaran batubara di laut Bengkulu. Diduga, tumpukan batu bara di perairan sekitar dermaga Pulau Baai disebabkan oleh kapal-kapal batu bara yang tidak bisa merapat ke pelabuhan karena kolam pelabuhan yang mengalami pendangkalan dan belum ada perbaikan dari Pelindo Bengkulu.
Sikap tegas dari HNSI ini diharapkan dapat memacu langkah cepat dari pihak berwenang untuk menyelamatkan mata pencaharian ribuan nelayan di Bengkulu yang kini terancam miskin akibat kondisi tidak melaut dan sulit mendapat ikan akibat laut tercemar batubara, selain itu akibat tumpahan batubara ke laut, pasir pantai Jakat dan Tapak Paderi berwarna hitam. Ali meminta Pihak Pelindo harus menginstruksikan pengusaha batubara membersihkan limbah tumpahan batubara disekeliling kompayer yang telah menyebabkan sedimentasi dalam kolam pelabuhan yang menyebabkan pendangkalan mencapai 1 meter. Juga menutupi karang dan lamun tempat berkembang biaknya biota laut.
Tim Teknis Komisi Penilai Amdal Hidup Pusat, Direktorat Pencegahan Dampak Lingkungan Usaha dan Kegiatan Kementerian Lingkungan Hidup RI. Bersama Pelindo Bengkulu, sudah melakukan rapat virtual “Zoom Cloud Meetings” Senin(25/8) membahas Addendum Andal RKL, RPL tipe A, rencana kegiatan pengerukan area pelayaran dan penanganan abrasi pelabuhan Pulau Baai oleh PT. Pelindo Persero.
***hasanah